Senin, 31 Oktober 2011

Mengapa Saya Menggunakan Kata “ELOHIM” ?



Artikel ini sengaja saya terbitkan utk menjawab pertanyaan yg telah diajukan oleh banyak orang kpd saya. Supaya saya tdk perlu berkali-kali mengulangi jawaban yg sama, maka saya tinggal memberikan saja alamat situs ini dan orang yg bertanya bisa membaca sendiri jawabannya.
Sebagian besar orang Kristen tentu sudah mengetahui masalah ini, namun mengingat bhw yg membaca artikel ini mungkin saja belum tahu, atau bukan orang Kristen, maka saya merasa perlu utk menjelaskannya sekali lagi.
KONTROVERSI KATA “ALLAH”
Masalah itu timbul ketika sebagian orang Kristen menolak utk meneruskan pemakaian kata “Allah” yg sudah puluhan tahun tercetak dlm Alkitab terbitan LAI (Lembaga Alkitab Indonesia). Mereka lebih suka menggantinya dgn kata lain spt: “ABBA, BAPA, Adonai, atau Elohim,” dan menggunakan “Yeshua Hamasiakh” sbg ganti “Yesus Kristus.” Mereka bahkan mendesak LAI utk menghapuskan kata “Allah” dari dlm Alkitab.
Masalah ini akhirnya menjadi kontroversi yg membentuk 2 buah kubu baru (Pro & Kontra “Allah”), dari sekian banyak denominasi Kristen yg telah ada sebelumnya. Tampaknya kontroversi ini tdk mereda, tetapi malah semakin popular belakangan ini. Bulan September 2009 yg lalu, saya masih mendengar ada seorang pendeta salah satu gereja kharismatik di Jakarta yg diminta utk meninggalkan pelayanannya oleh gembala sidangnya karena tidak bersedia menggunakan kata “Allah”.
Beberapa tahun yg lalu, ketika saya baru mendengar tentang masalah ini, saya bertanya-tanya dlm hati:“Kenapa ada orang yg mau mengubah kebiasaan yg sudah berjalan dgn baik selama ini?” “Apakah ini salah satu sekte sesat baru yg memang akan muncul menjelang akhir zaman?”
Pada awalnya, saya juga tdk suka kpd mereka yg menolak pemakaian kata “Allah.” Menurut penilaian saya, mereka itu terlalu fanatik, sok benar sendiri, dan suka membesar-besarkan persoalan.
Belakangan saya semakin penasaran dan ingin utk lebih tahu latar belakang munculnya persoalan ini. Saya mencari dan membaca sebanyak mungkin artikel, termasuk tanya-jawab yg berhubungan dgn topik tersebut. Saya berusaha merenungkannya dgn sikap obyektif, tanpa melibatkan sentimen pribadi, serta minta pimpinan Roh Kudus, mengenai sikap apa yg perlu saya ambil dlm menghadapi masalah ini.
ARGUMENTASI PIHAK PRO “ALLAH”
Pihak yg ingin mempertahankan kata “Allah” (Pro-Allah) di dlm Alkitab memberikan beberapa alasan mengapa orang Kristen di Indonesia tetap harus menggunakan kata “Allah”, di antaranya adalah:
  1. Dari semula, kata itu memang sudah tercetak di dlm Alkitab terbitan LAI. LAI sbg lembaga satu-satunya (… pada saat itu), yg akui dan dipercayakan hak utk mencetak Alkitab dlm bahasa Indonesia, tentu tdk mungkin membuat kesalahan spt itu.
  2. Kata “Allah” berasal dari kata “El”, “Eloah”, “Elohim” (Bahasa Ibrani), “Al-ilah” (Bahasa Arab), dan “Elah” (Bahasa Aram), serta “Alaha” (Bahasa Syiria) yg artinya adalah “yang disembah” alias Tuhan, itu bukan persoalan besar, hanya masalah bahasa saja.
  3. Kebiasaan yg sudah berlangsung dgn baik ini, sampai sebegitu lama tanpa masalah, mengapa tiba-tiba harus dipermasalahkan?
  4. Jika kita mengakui bhw Alkitab mengandung ‘kesalahan’, maka Alkitab bukan lagi Firman Tuhan yg wahyukan (diinspirasikan) secara sempurna (tanpa salah), akibatnya Alkitab akan kehilangan kuasanya sbg Firman Tuhan yg berotoritas.

  1. Jika pemakaian kata “Allah” adalah sebuah kesalahan, tentu dapat berdampak pada keselamatan jiwa. Apakah semua orang Kristen yg selalu menggunakan kata itu pada zaman dahulu dan telah meninggal, bisa kehilangan jaminan keselamatan mereka?
  2. Kata “Allah” dlm Alkitab terbitan LAI itu hanyalah sebuah kata ganti utk kata “Tuhan” saja, bukan nama diri.
  3. Alkitab bahasa Indonesia bukan satu-satunya Alkitab yg menggunakan kata “Allah” sbg kata ganti Tuhan, sebab Alkitab berbahasa Arab & Melayu di Malaysia juga menggunakannya. [Sekarang pemakaian kata "Allah" sudah dilarang bagi non-muslim oleh pemerintah Malaysia, lihat berita terbaru], dll.
ARGUMENTASI DARI PIHAK KONTRA “ALLAH”
Pihak yg menolak pemakaian kata “Allah” (Kontra-Allah) juga menghadirkan argument-argumen yg mendukung sikap mereka, antara lain sbg berikut:
  1. “Allah” adalah nama Tuhan dari agama lain.
  2. Kata “Allah” bukan berasal dari “El”, “Eloah”, dll, karena nama itu sudah ada sebelum munculnya agama Islam, bahkan nama itu telah disembah orang sbg salah satu dewa di Timur Tengah, sebelum masuknya Kekristenan di tanah Arab.
  3. Kata “Allah” tdk pernah muncul di dlm Alkitab bahasa aslinya, baik dlm PL (Perjanjian Lama) bahasa Ibrani, maupun PB (Perjanjian Baru) bahasa Yunani.
  4. “Allah” sesungguhnya adalah nama diri, bukan kata ganti. Terbukti bhw Allah tdk ada bentuk jamaknya, begitu pula YHWH yg adalah nama diri, tdk ada bentuk jamaknya. Kata “ilah” bentuk jamaknya “alihah”, sedang “Eloah” bentuk jamaknya ialah “Elohim”.
  5. LAI sendiri mengakui di dlm kamus yg terdapat di bagian belakang Alkitab, bhw nama Tuhan Bangsa Israel yg sesungguhnya adalah YaHWeH (bukan ALLAH).
  6. Mengganti kata “Allah” tdk akan menurunkan derajat kebenaran di dlm Alkitab, sebaliknya akan semakin menyempurnakannya, dll.

ARGUMENTASI PRIBADI
A. NAMA-NYA KUDUS
Sambil mengumpulkan informasi mengenai kontroversi ini, saya sering berdoa memohon pimpinan Roh Kudus, “Tuhan, apa yg mau Engkau ajarkan padaku kali ini?” Spt yg sudah sering saya alami, Tuhan mulai memberikan jawabanNya dgn cara yg selalu tak terduga dan disertai dgn beberapa pengalaman menarik.
Ada seorang pelanggan toko kami yg selalu mencari saya jika ia datang, tetapi ia selalu memanggil saya: “Gunawan”. Padahal sudah beberapa kali saya koreksi, “Maaf Bu Syamsu, nama saya Budiman, bukan Gunawan.” Tetapi ia tetap saja sering lupa dan kembali memanggil saya “Gunawan.” Namun begitu teringat, ia langsung minta maaf & mengkoreksinya, dan saya juga tdk marah. Saya tetap bersikap ramah dan selalu tersenyum kpdnya, karena saya tahu dia tdk sengaja.
Seketika itu Tuhan ingatkan saya akan masalah ini. Jika kita tanpa sengaja telah salah memanggil nama Tuhan, Ia yg Maha Tahu dan penuh Kasih itu tentu dapat memakluminya.
Tetapi jika kita sudah tahu, namun tetap sengaja menggunakan nama yg salah, tentu akan berbeda akibatnya. Saya akan jengkel, jika orang yg sudah kenal saya, memanggil dgn nama: “Gunawan,” “Sariawan,” atau “Ultraman,” apalagi dgn nama orang yg tdk saya sukai. Bukan soal namanya jelek, walaupun sebenarnya nama saya sendiri juga tdk terlalu bagus, tetapi itu ‘khan memang bukan nama saya!
Saya sadar bhw Tuhan juga tdk suka jika nama-Nya diganti dgn sengaja, itu sama saja dgn penghinaan. Sebab Dia yg telah menyatakan di Keluaran 3:14 bhw “Aku adalah Aku” (Ibrani: “Ehyeh Asyer Ehyeh”) adalah Tuhan yg tdk suka mensharingkan nama-Nya itu dgn ilah-ilah lain, karena ada kekudusan dlm nama itu.
“Janganlah kamu bersumpah dusta demi nama-Ku, supaya engkau jangan melanggar kekudusan nama Elohimmu; Akulah YAHWEH.” (Imamat 19:12)
“Janganlah melanggar kekudusan nama-Ku yg kudus, supaya Aku dikuduskan di tengah-tengah orang Israel, sebab Akulah YAHWEH, yg menguduskan kamu,…”( Imamat 22:32)
Kekudusan sebuah nama itu sangat penting! Jika tidak, mengapa YAHWEH berpuluh-puluh kali mengingatkan Umat Israel supaya jangan melanggar kekudusan nama-Nya? Jangankan NAMA bagi Tuhan, bagi manusia, nama juga sangat penting lho! Jika tetangga Anda memelihara seekor monyet yg diberi nama persis dgn nama Anda, walaupun tdk sengaja, saya yakin Anda juga tdk akan senang. Apalagi jika hal itu dilakukan secara sengaja ….. wow, itu namanya tetangga yg ingin cari masalah!
B. “ALLAH” – NAMA ATAU KATA GANTI TUHAN?
Apabila kita bertanya kpd orang Muslim, “Siapakah nama Tuhanmu?” Ia pasti menjawab:“Allah.” Jika kita tanyakan lagi, “Siapa nama Allahmu?” Tentu dia bingung sebentar sebelum menjawab: “Ya .. Allah dong!” Jadi jika Anda bertanya lagi kpd orang Islam yg belajar agamanya, “Menurut Anda, ‘Allah’ itu nama Tuhan atau hanya kata ganti utk kata ‘Tuhan’?” Saya yakin ia akan menjawab: “Nama Tuhan!”
Jadi kesimpulannya adalah: ternyata bagi org Islam, “Allah” BUKAN kata ganti Tuhan, melainkan adalah nama Tuhan.
Jika kita ajukan pertanyaan yg sama kpd orang Kristen, “Siapakah nama Tuhanmu?” Mungkin ia akan menjawab: “Tuhan Yesus, Immanuel, Yahweh, atau Yehova.” Jika jawabannya: “Yakobus,” itu artinya dia bukan orang Kristen sungguhan. Jika ia menjawab: “Allah,” itu artinya dia jarang baca Alkitab, atau pelajaran Bahasa Indonesia-nya kurang bagus. Kemudian jika kita tanyakan, “Siapa nama Allahmu?” Tentu kita akan memperoleh jawaban yg sama. Jadi jika kita tanyakan: “Menurut Anda, ‘Allah’ itu nama Tuhan atau hanya kata ganti utk kata ‘Tuhan’?” Saya yakin ia akan menjawab: “Kata ganti.” “
Jadi kesimpulannya: ternyata bagi orang Kristen, “Allah” BUKAN nama Tuhan, melainkan hanya kata ganti saja utk kata “Tuhan.”
Oke, jika “Allah” hanyalah sebuah kata ganti saja, lalu siapakah nama Tuhan yg sebenarnya menurut Alkitab?
Jawabannya adalah: “YAHWEH.”
Nama Tuhan umat Islam = ALLAH
Nama Tuhan umat Kristen = YAHWEH
Di sini kita bisa melihat, bhw pandangan antara orang Kristen dgn orang Muslim terhadap nama “Allah” ternyata sangat berbeda. Bagi umat Islam, “Allah” adalah nama Tuhan, tetapi bagi orang Kristen, “Allah” hanyalah sebuah kata ganti saja, nama Tuhan yg sebenarnya adalah: “YAHWEH.”
YHWH
YHWH
Ada sebagian org Kristen yg sebenarnya ingin mempertahankan kata “Allah” dlm Alkitab LAI, dgn berbagai alasan berusaha meyakinkan org bahwa “YAHWEH” juga bukanlah nama Tuhan. Yg jd masalah buat saya adalah, jika “YAHWEH” bukan sebuah nama, maka sebenarnya apakah nama Tuhan Bangsa Israel? Mengapa Tuhan berulang kali menegaskan spy mereka utk menjaga kekudusan nama-Nya? Lalu nama yg manakah yg harus dijaga kekudusannya itu, jika bukan “YAHWEH”?
Nama YAHWEH muncul di dlm lebih dari 5000 ayat PL, namun di Alkitab LAI, seluruhnya diganti menjadi kata “TUHAN” (semua dlm huruf besar). Jadi bagi LAI: TUHAN = YAHWEH. Apa yg dilakukan oleh LAI kira-kira spt ini: umpamanya jika “manusia = Budiman”, maka oleh LAI semua kata “Budiman,” boleh digantikan dgn kata “MANUSIA.” It’s oke, yg penting ditulis dgn huruf besar semuanya.
Di dlm kamus Alkitab terbitan LAI tertulis: “TUHAN adalah salinan dari nama Allah Israel, yaitu: Yahweh (bd. Kel. 3:14).” Namun yg aneh bagi saya, jika LAI terus-terang mengakui bhw YAHWEH adalah nama Tuhan Israel, mengapa nama “YAHWEH” yg muncul di dlm 6.039 ayat di Kitab PL itu, SELURUHNYA diganti dgn kata salinan “TUHAN”? Jika bagi LAI: YAHWEH ≠ TUHAN, lalu mengapa semua kata “YAHWEH” diganti dgn kata “TUHAN”?
Menurut penelitian saya, ternyata “YAHWEH” memang adalah satu-satunya nama diri Tuhan yg diperkenalkan-Nya sendiri di dlm Alkitab. Nama diri tentu saja tdk sama dgn nama sebutan. Saya terkadang agak bangga juga jika dipanggil “Boss”, tetapi saya tdk mau kalau nama saya yg ada di KTP, akte kelahiran, kartu keluarga, passport, NPWP, surat nikah, sertifikat rumah, dan buku tabungan saya, semuanya diganti dgn kata “BOSS” (walaupun semua huruf ditulis dgn huruf besar!)
C. KATA APA SEBENARNYA YANG TELAH DIGANTI OLEH “ALLAH”?
Kata sebenarnya yg telah diganti dgn kata “Allah” di dlm Alkitab terbitan LAI adalah kata: “Elohim.” Kata ini digunakan oleh orang-orang Yahudi, maupun oleh bangsa sekitarnya sebagai kata ganti bagi Tuhan atau dewa sesembahan mereka.
Tetapi apakah kata “Allah” cocok digunakan utk menggantikan kata “Elohim”? Menurut pengamatan saya, ternyata juga tdk cocok. Karena:
  • Elohim adalah kata ganti bagi YAHWEH, Tuhan Bangsa Israel. Sedangkan Allah adalah nama Tuhan atau dewa yg disembah oleh bangsa lain. (Elohim: kata jamak; Allah: kata tunggal).
  • Kata “Allah” juga tdk pernah muncul dlm Alkitab bahasa aslinya, baik di PL maupun PB.
  • Elohim dlm Alkitab adalah pribadi yg berbeda dgn Allah dalam Al-Qur’an, baik sifat, karakter, firman & kebenaran-Nya pun sangat berbeda.
Jika di dlm Kitab PL bahasa asli, yg berbahasa Ibrani, tdk ada kata “Allah,” lalu dari mana asal-usul kata “Allah” yg digunakan oleh LAI sbg kata ganti bagi kata “Elohim”?
Menurut dugaan saya, mungkin saya salah, mungkin saja LAI hanya mencomot sebuah kata di dlm bahasa tertentu yg hendak diterjemahkan, yg diasosiasikan sbg kata “Tuhan” oleh mayoritas suku bangsa pemakai bahasa tersebut. Jika suku bangsa tertentu menyebut Tuhan mereka sbg “Tete Manis,” maka kata ganti Tuhan dlm Alkitab terjemahan bahasa mereka, mungkin rasanya lebih cocok menggunakan kata “Tete Manis.” Saya tdk tahu, apakah LAI juga akan menggunakan teknik ini, jika suku itu menggunakan kata “DEMON” sbg sebutan bagi Tuhan mereka? Saya benar-benar tdk tahu!?
Mungkin saya salah dlm asumsi ini, tetapi yg jelas, tdk pernah muncul kata “Allah” di dlm Alkitab yg bahasa aslinyaTidak ada seorang pun di antara para nabi Israel yg pernah menggunakan kata “Allah” sebagai kata ganti bagi “YAHWEH”, bahkan Yesus sendiri juga tdk pernah menggunakan kata “Allah” sebagai sebutan bagi Bapa-Nya. Mereka menggunakan kata: “Adonai, Elohim, atau Abba.” Maka saya sendiri lbh suka yg simple, yaitu: gunakan saja salah satu kata ganti Tuhan yg telah digunakan oleh Bangsa Israel dari semula, yaitu: “Elohim.”
Jika diteliti, sebenarnya sejak kapan kata “Allah” mulai digunakan org sebagai kata ganti bagi nama Tuhan di Alkitab? Maka kita akan segera menyadari bahwa kekeliruan itu baru terjadi ketika Alkitab mulai diterjemahkan ke dlm Bahasa Arab, Bahasa Melayu, & Bahasa Indonesia! Jadi problema ini baru muncul ketika Alkitab diterjemahkan ke dlm bahasa yg masyarakatnya mengenal Tuhan dlm konsep Islam, yaitu; “Allah.”
Jika Anda lebih suka menggunakan kata: “Adonai, Tuhan, Kurios, Abba ya Bapa, atau Elohim,” sbg kata ganti / sebutan bagi Tuhan yg kita sembah, itu terserah Anda, asal tidak menggunakan kata “Lucifer” atau NAMA Tuhan dari agama lain. Karena dgn begitu, Anda akan melanggar kekudusan nama-Nya. Maka sebenarnya adalah sangat tdk tepat, jika kata “Allah” dipakai utk menggantikan kata “Elohim.”
Namun jika Anda mempelajari Alkitab dgn teliti, ternyata masih ada kesalahan LAI yg lebih parah daripada itu. Tdk hanya mengganti nama “YAHWEH” menjadi kata sebutan “TUHAN” & menerjemahkan sebutan “Elohim” menjadi nama “Allah” saja, tetapi juga di dlm BANYAK ayat, LAI bahkan telah menggantikan nama “YAHWEH” menjadi nama “ALLAH.”
· (Kejadian 15:2) Abram menjawab: “Ya Tuhan ALLAH, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu. - – - kata “Tuhan ALLAH” di sini seharusnya adalah Adonai YAHWEH. (lihat juga Kejadian 15:8 & Ulangan 3:24 ; 9:26 & Mazmur 71:5 ; 71:16 ; 73:28, dll.)
· (Kejadian 33:20) Ia mendirikan mezbah di situ dan dinamainya itu: “Allah Israel ialah Allah.” – - – jadi dlm ayat ini, LAI menyatakan bhw “Allah” adalah NAMA Tuhannya Bangsa Israel.
Jika LAI tdk bersedia memperbaiki kesalahan ini, apakah Anda sebagai umat Tuhan yg telah menyadarinya, bersedia memperbaikinya? Karena Anda akan terus-menerus melakukan kesalahan ini setiap kali Anda menyebutkan NAMA-Nya di dlm doa permohonan & ucapan syukur Anda setiap hari (kecuali …. mungkin Anda jarang, atau sama sekali tidak pernah menyebutkan NAMA-Nya).
Jika LAI bersedia mengakui kesalahan ini & memperbaikinya, mengapa tdk sekalian saja menghapuskan semua kata “Allah” di dlm Alkitab? (kecuali kata “allah” atau “ilah” utk sebutan bagi sesembahan agama lain)
D. APA UNTUNG-RUGINYA JIKA KATA “ALLAH” DIGANTI DARI ALKITAB?
Kontroversi ini muncul, menurut dugaan saya, mungkin karena kebanyakan orang Kristen tdk menyukai perubahan. Mereka merasa bhw selama ini baik-baik saja, mengapa harus berubah? Tetapi, bukankah perubahan itu perlu jika dilakukan demi kebaikan dan kemajuan?
Menurut pengamatan saya, jika Alkitab dirubah, pihak yg diuntungkan adalah:
  1. Orang Islam. Saya memperhatikan bhw umat Islam tentu akan senang sekali jika orang Kristen mau menghapuskan kata “Allah” dari dlm dlm Alkitab. Sebab itulah yg mereka inginkan. Tdk usah heran mengapa orang Islam tdk suka nama Tuhan-nya dipakai oleh orang Kristen, karena dicurigai dapat menjadi celah yg mengakibatkan Muslim yg kurang taat agama menjadi rancu, dan mengira bhw Tuhan ke-2 agama itu sama saja, sehingga semakin lebih mudah di-Kristenkan alias murtad [ini hanya dugaan saja lho!]Bahkan beberapa waktu yg lalu, ada sekelompok Muslim tertentu yg mengirimkan surat teguran kpd LAI perihal keberatan mereka itu. Sampai saya pernah mendengar jawaban spt ini: “Kalian (Muslim) saja yg ganti penulisan kata “Allah” menjadi “Ou-loh,” ‘khan kalian yg salah! Kami sudah benar koq, tulisan dan bacaannya sama: “Allah!” Tentu saja, buat saya, argumen semacam ini sama sekali tdk ada nilainya.Walaupun tdk mungkin, tetapi umpamakan saja begini: “Kira-kira bagaimana pendapat Anda sebagai orang Kristen, jika umat Islam menggunakan kata “Elohim” atau “YAHWEH” sebagai kata ganti bagi Tuhan-nya mereka?” Mungkin dgn begitu, Anda akan jadi lebih memahami bagaimana perasaan mereka.

  1. Orang Kristen yg mengerti kebenaran.
Karena nama YAHWEH dikuduskan dan dikembalikan kpd posisinya yg semula. Selain itu, bukan saja kata “Allah” tdk cocok dijadikan sbg kata ganti “Elohim”, tetapi “Allah” juga memang bukanlah nama Tuhan menurut Alkitab bahasa aslinya. Saran saya buat LAI, walaupun masih kurang tepat, kata “Tuhan” masih jauh lebih cocok digunakan sbg kata ganti “Elohim,” daripada “Allah.” Tetapi YAHWEH jangan diganti! Karena itu adalah nama Tuhan.
Kadang-kadang saya bingung juga lho, “Jika menurut mrk, ‘Allah sama saja dgn Elohim,’ mengapa mrk lebih suka saya tetap pakai kata ‘Allah’ & tdk senang jika saya pakai kata ‘Elohim’? Katanya sama saja!!? Kenapa saya selalu disalahkan, jika menggunakan nama kata ganti Tuhan sesuai bahasa aslinya? Jika menurut mrk ‘Allah’ hanya sebuah kata ganti & bukan nama Tuhan, lalu mengapa mrk marah jika saya menggantikan kembali kata ‘Allah’ yg hanya kata ganti itu dgn kata yg semula (YAHWEH), yg sebenarnya telah digantikan oleh kata ‘Allah’ itu?” Aneh sekali bukan?
  1. Orang Kristen yg tidak / belum mengerti kebenaran. Lalu bagaimana dengan Kristen yg tdk mengerti kebenaran? Itu lebih bagus lagi! Namanya saja pembetulan! Mereka jadi tahu kebenaran, bhw Tuhan yg kita sembah sebenarnya berbeda dengan Tuhan-nya orang Muslim. Mereka juga bisa mulai menyebutkan nama Tuhan yg benar (menguduskan nama Tuhan), sesuai dgn yg diperkenalkan oleh-Nya sendiri.Ketahuilah bahwa tdk semua tradisi atau kebiasaan yg kita jalankan secara turun-temurun utk jangka waktu yg panjang pasti baik dan benar. Jika kesalahan ini dpt diperbaiki sekarang, maka kita bisa bersyukur bhw kita tdk perlu mewariskan / meneruskannya kepada anak cucu yg kita kasihi.Ada pula yg mengatakan bahwa jika perubahan itu terjadi, maka Saksi Yehuwa juga akan menjadi pihak yg diuntungkan. Saya tdk setuju, sebab persamaan itu sudah ada sekian lama antara Islam & Kristen, tetapi apakah ada salah satu pihak yg diuntungkan? Andaikata iya, lalu menurut Anda, kira-kira manakah yg lebih baik, menguntungkan pihak Islam atau saksi Yehuwa? Lantas, bukankah pihak Kristen yg selama ini sering menggunakan kata “Jehovah” juga telah menguntungkan pihak Saksi Yehuwa? Lalu dimanakah perbedaannya??
Saya rasa alasan ini timbul karena kekuatiran yg berlebihan atau mungkin hanya berfungsi sebagai salah satu tambahan dlm daftar alasan yg diperlukan utk mempertahankan pemakaian kata “Allah” saja.
Menurut dugaan saya, jika Alkitab dirubah, pihak yg dirugikan adalah:
1.     LAI (Lembaga Alkitab Indonesia). Karena LAI telah mencetak jutaan eksemplar Alkitab dgn kata “Allah” dan sampai detik ini pun masih mencetaknya. Jika dirubah, tentu LAI akan rugi besar, sebab cetakan lamanya akan menjadi tidak laku lagi utk dijual. Dan mungkin reputasinya akan merosot karena mengakui bhw mereka telah melakukan kesalahan yg cukup serius spt ini.Tetapi sekarang sudah ada Alkitab terbitan Yayasan Lentera Bangsa dgn nama: ILT (Indonesian Literature Translation) yg bukan saja telah mengembalikan pemakaian kata “YAHWEH,” “Elohim,” dan menghapuskan kata “Allah,” tetapi juga telah mengkoreksi banyak kesalahan yg terdapat dlm Alkitab terbitan LAI. Selain itu juga memberikan penjelasan dgn catatan kaki yg sangat mencerahkan & menghadirkan terjemahan yg semakin mendekati bahasa aslinya. Sekarang sudah mulai dapat ditemukan dan dibeli di toko-toko buku ternama di Jakarta.
Contoh: perbedaan yg sangat signifikan terjemahan LAI & ILT utk ayat, Roma 8:1
King James Version: There is therefore now no condemnation to them which are in Christ Jesus, who walk not after the flesh, but after the Spirit.
Terjemahan LAI:     Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.
Terjemahan ILT:      Oleh karena itu, sekarang tidak ada lagi penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus YESUS, yg tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh.
Saya sangat yakin, jika tidak segera berbenah diri, maka tdk lama dari sekarang, LAI akan mengalami kerugian yg jauh lebih besar lagi.
Jika LAI mau melakukan koreksi, maka sebagian besar umat Kristen Indonesia akan tetap lebih prefer menggunakan Alkitab terbitan LAI daripada edisi lain, dan kita tdk perlu lagi kuatir puluhan ribu Alkitab kita disita di negara lain krn pemakaian nama Allah.
Sebagian besar penerbit literatur Kristen.Karena sebagian besar penerbit Kristen juga mengutip Alkitab terbitan LAI, maka semua buku atau literatur terbitan mereka pun perlu ditarik dari peredaran utk diralat. Jika tdk begitu, maka tentu nama baik mereka bisa menurun, dan literatur terbitan mereka pun akan merosot nilai ekonominya.

  1. Semua hamba Tuhan (yg terkenal maupun tdk) yg saat ini Pro-Allah.Karena para hamba Tuhan tersebut kuatir jika reputasi yg telah mereka bangun selama ini terdistorsi, apalagi para hamba Tuhan yg pernah terang-terangan dgn tegas menyatakan sikap mereka yg Pro-Allah.
KESIMPULAN
·  Kita harus menguduskan nama Tuhan, karena nama itu KUDUS.
·  Kata “Allah” yg merupakan nama Tuhan dari agama lain, hanya sebuah kata ganti bagi orang Kristen.
·  Nama Tuhan yg sebenarnya menurut Alkitab adalah: YAHWEH.
·  Kata Allah mulai digunakan dlm terjemahan Alkitab ke bahasa yg masyarakatnya menganut konsep Islam.
·  Kata “Allah” yg digunakan oleh Alkitab terbitan LAI utk menggantikan kata “Elohim” dari bahasa Ibrani, adalah sebuah kata ganti yg tdk tepat.
·  LAI bukan saja telah menggantikan semua kata “Elohim” dgn kata “Allah,” tetapi juga telah menggantikan semua nama “YAHWEH” dgn kata ganti “TUHAN,” dan bahkan beberapa kali menggantikan nama “YAHWEH” dgn nama “ALLAH.”
·  Jika setelah tahu semua kebenaran ini, Anda tetap memutuskan utk Pro-Allah, itu artinya Anda lebih memilih utk menyenangkan manusia (dgn cara menjaga reputasi LAI, para hamba Tuhan yg Pro-Allah & menjaga kelangsungan ekonomi para penerbit Kristen yg Pro-Allah), daripada menyenangkan hati Tuhan (yg telah memperkenalkan nama-Nya & ingin supaya nama-Nya dikuduskan oleh umat-Nya).
·  Setelah membaca artikel ini, maka Anda telah mengetahui bahwa nama Tuhan yg sebenarnya. Apabila Anda tetap mengambil sikap Pro-Allah, maka Anda telah dgn sengaja menyebut nama Tuhan yg kudus itu dgn nama dari ilah atau Tuhan-nya agama lain.
17:6 Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu
“Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu.” (Yohanes 17:6)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar